Senin, 13 Januari 2014

MATERI 1

Senyawa kimia biasanya digolongkan ke dalam senyawa organik dan senyawa anorganik. Penggolongan ini pada awalnya berdasarkan sumber senyawa tersebut. Senyawa organik berasal dari makhluk hidup atau sisa-sisa makhluk hidup, sedangkan senyawa anorganik berasal dari alam di luar makhluk hidup. Dengan berkembangnya analisis kimia, diketahui bahwa senyawa-senyawa organik tersebut adalah senyawa karbon. Oleh karena itu, senyawa organik disebut juga senyawa karbon. Pada tahun 1828, Frederick Wohler, seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman, berhasil membuat urea ketika memanaskan larutan ammonium sianat.
 H4OCN         -->           CO(NH2)2
(pemanasan)
            Dengan penemuan tersebut, anggapan bahwa senyawa organik harus berasal dari makhluk hidup telah dipattahkan. Meski begitu, penggolongan senyawa ke dalam senyawa organik dan senyawa anorganik tetap diperttahankan. Akan tetapi, penggolongan tersebut kini lebih ditekankan pada sifat-sifat senyawa, bukan lagi pada sumbernya. Sejak penemuan Wohler, jutaan senyawa karbon organik telah dapat dibua di laboratorium. Banyak dari senyawa karbon sintesis tersebut bahkan tidak terdapat dalam makhluk hidup, tetapi karena kemiripan sifat-sifatnya, senyawa-senyawa tersebut digolongkan ke dalam senyawa organik. Contohnya adalah plastik, nilon, dan karet sintetis.
            Senyawa organik perlu mendapat perhatian khusus, karena beberapa alasan berikut. Pertama, karena jumlahnya yang sangat banyak. Kini, senyawa organik yang telah dikenal ada sekitar sepuluh juta jenis senyawa. Kedua, arena peranannya yang sangat penting bagi makhluk hidup. Senyawa-senyawa penting bagi makhluk hidup, seperti protein, karbohidrat, lemak, vitamin, hormon, dan DNA, adalah senyawa organik. Ketiga, karena senyawa organik mempunyai siffat-sifat dan klasifikasi yang khas, yang berbeda dari senyawa anorganik. Oleh karena itu, senyawa organik secara khusus dibahas dalam satu cabang ilmu kimia, yaitu kimia organik. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua senyawa karbon tergolong senyawa organik. Berbagai senyawa karbon, seperti oksidakarbon, karbonat, dan sianida, digolongkan ke dalam senyawa anorganik. Sekali lagi, penggolongan ini didasarkan pada sifat-sifat senyawa tersebut.
            Pada bagian pertama, akan dibahas cara menunjukkan senyawa karbon kemudian dilanjutkan dengan pembahasan tentang keunikan atom karbon, serta penggolongan senyawa karbon.



SENYAWA HIDROKABON (IDENTIFIKASI ATOM C, H, DAN O)
           
Bahan yang berasal dari makhluk hidup umumnya merupakan senyawa karbon. Hal ini dapat kita buktikan dalam kejadian sehari-hari. Perhatikanlah apa yang terjadi ketika sampel organik, seperti kayu, telur, daging, atau beras dibakar pada suhu yang cukup tinggi. Bahan itu menjadi gosong, bukan? Hal itu terjadi karena pemanassan menyebabkan senyawa karbon dalam bahan tersebut terurai menjadi karbon yang berwarna hitam.
            Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara lebih pasti dapat ditunjukkan melalui percobaan sederrhana, yaitu dengan uji pembakaran yang terlihat pada gambar 1. Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO2) dan hidrogen (H) menjadi air (H2O). Gas karbon dioksida dapat dikenali berdasarkan sifatnya yang mengeruhkan air kapur, sedangkan air dapat dikenali dengan kertas kobalt karena air mengubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah muda (pink).
            Sampel + Oksidator --> CO2(g) + H2O(l)
            CO2(g) + Ca(OH)2(aq) --> CaCO3(s) + H2O(l)
                        Air kapur
            Kertas kobalt biru + H2O(l) --> kertas kobalt merah muda





 
Gambar 1. Bagan percobaan untuk menunjukkan karbon dan hidrogen dalam sampel organik. Karbon dan hidrogen akan teroksidasi menjadi karbon dioksida dan uap air. Terbentuknya karbon dioksida dikenali dengan air kapur, sedangkan air dikenali dengan  kertas kobalt.

            Contoh paling sederhana untuk mengetahui adanya unsur karbon dan hidrogen dalam senyawa hidrokarbon adalah dengan melakukan percobaan sederhana yang bisa dilakukan di laboratorium sekolah maupun di rumah, yaitu dengan menggunakan lilin (C20H42) yang direaksikan dengan oksigen dari udara (dibakar), hasil pembakaran lilin dilewatkan ke dalam larutan Ca(OH)2 1%, seperti ditunjukkan pada gambar 2.

Gambar 2. Identifikasi karbon dan hidrogen menggunakan metode pembakaran lilin

            Ketika lilin terbakar terjadi reaksi antara lilin dan oksigen dari udara. Jika pembakarannya sempurna, terjadi reaksi:
2C20H42(s) + 61O2(g) --> 40CO2(g) + 42H2O(g)
            Gas CO2 dan uap air hasil pembakaran akan mengalir melalui saluran menuju larutan Ca(OH)2. Pada saat menuju larutan Ca(OH)2, terjadi pendinginan oleh udara sehingga uap air hasil reaksi akan mencair. Hal ini dibuktikan dengan adanya tetesan-tetesan air yang menempel pada saluran. Oleh karena titik embun gas CO2 sangat rendah maka akan tetap sebagai gas dan bereaksi dengan larutan Ca(OH)2. Bukti adanya CO2 ditunjukkan larutan menjadi keruh atau terbentuk endapan putih dari CaCO3 (perhatikan gambar 2). Persamaan reaksinya:
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) --> CaCO3(s) + H2O(l)
            Selain pembakaran lilin untuk membuktikan adanya unsur C dan H dalam senyawa hidrokarbon, ada pula cara lain unntuk membuktikan adanya unsur-unsur tersebut, yaitu dengan cara pembakaran gula pasir.
            Selain karbon dan hidrogen, unsur yang sering terdapat dalam senyawa karbon adalah oksigen, nitrogen, fosforus, halogen, dan beberapa unsur logam. Keberadaan unsur-unsur tersebut dapt ditunjukkan melalui berbagai percobaan, tetapi hal itu tidak termasuk dalam cakupan materi kelas XI. Keberadaan unsur oksigen dalam sampel organik biasanya tidak ditunjukkan secara khusus, tetapi dapat diketahui darri selisih massa antara sampel dengan jumlah massa karbon, hidrogen, dan unsur lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar