PENURUNAN TITIK
BEKU ASAM ASETAT
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
ishriarju@gmail.com, 085747319610
50225
Abstrak
juan percobaan ini adalah menentukan harga tetapan
titik beku asam asetat serta menentukan berat molekul suatu zat terlarut dari
elektrolit biner. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan pengukuran titik
beku setiap penambahan naftalena dalam asam asetat untuk mengetahui harga
tetapan titik beku asam asetat (Kf). Antara molalitas larutan dengan penurunan
titik beku larutan dihubungkan sehingga akan diperoleh kurva linear dengan
gradien Kf. Harga Kf yang diperoleh digunakan untuk mencari berat molekul zat
terlarut X (zat elektrolit biner) dengan cara yang sama, yaitu melakukan
pengukuran titik beku setiap penambahan zat terlarut X. Plot
dihubungkan dengan
juga
akan menghasilkan kurva linear dengan gradien berat molekul zat terlarut X.
Harga Kf sesuai percobaan yaitu 1,174 sedangkan menurut teori adalah 3,9.
Presentasi kesalahan yang diperoleh yaitu 69,9%. Berdasarkan hasil percobaan,
berat molekul zat terlarut X adalah 36,55, padahal zat terlarut X yang
digunakan adalah natrium asetat yang memiliki berat molekul 82%. Presentase
kesalahan yang diperoleh sebesar 55,43%. Kesalahan tersebut diperoleh karena
temperatur yang diukur tidak tepat saat pertama kali membeku. Kesimpulan dari
percobaan ini adalah harga tetapan titik beku asam asetat adalah 1,174 serta berat
molekul suatu zat terlarut dari elektrolit biner yaitu 36,55.
Kata
kunci: asam asetat; sifat koligatif; tetapan penurunan titik beku.
Abstract
The purpose of this experiment is to
determine price of constant freezing point acetic acid
and to determine molecular
weight of a solute from a binary electrolyte. The method
used is by measuring freezing
point of naphthalene in each addition of acetic acid. Between molality of a solution and decreasing freezing point of solution
will be connected so that curves
obtained with the linear gradient Kf. Kf price obtained is
used to find molecular weight of X solute in the same
way , is
measuring freezing point of each additional X solute. Plot
associated with
will also result a linear curve with a
gradient of molecular weight X solutes.
Price Kf trough experiment
is 1,174
while theory
is 3,9, so the fault
is
69,9
%. Beside,
the molecular weight of
X solute
is 36,55,
whereas X solutes used were sodium acetate which has a molecular weight of 82 %, so the
fault is
55,43
%. The fault
is obtained because the temperature wouldn’t freeze right the first time. The conclusion is price
constant freezing point of acetic acid is 1,174 and
molecular weight of a solute from a binary electrolyte is 36,55.
Keywords :
acetic acid ; colligative properties ; constant freezing point depression .
Pendahuluan
Setiap larutan memiliki beberapa sifat
fisik, seperti penururnan titik beku, kenaikan titik didih, penurunan titik
uap, dan tekanan osmotik yang apabila terdapat penambahan zat pada larutan itu
akan merubah sifat-sifat fisik larutan tersebut. Sifat-sifat tersebut disebut
sifat koligatif larutan. Sifat koligatif larutan ini tidak bergantung pada
jenis zatnya melainkan bergantung pada jumlah partikel pada larutan tersebut
(Sukardjo, 2004).
Gambar 1 memperlihatkan diagram fasa
pelarut dan larutan. Garis tebal menunjukkan diagram fasa pelarut sedangkan
garis putus-putus menunjukkan diagram fasa larutan. Titik beku pelarut lebih
besar dibandingkan dengan titik beku larutan. Selisih titik beku pelarut dengan
titik beku larutan ini yang disebut penurunan titik beku. Semakin banyak zat
terlarut yang ditambahkan pada pelarut, maka titik beku larutan akan semakin
rendah. Apabila titik beku larutan semakin rendah, pergeseran kurva akan
semakin besar yang berarti bahwa penurunan titik beku larutan semakin besar
pula. Penambahan zat terlarut tidak hanya mengubah titik beku larutan saja,
tetapi juga dapat mengubah sifat koligatif lainnya seperti kenaikan titik
didih, penurunan tekanan uap, dan tekanan osmotiknya.
Salah satu sifat koligatif larutan yang
akan dibahas adalah penurunan titik beku. Titik beku larutan adalah temperatur
pada saat larutan setimbang dengan pelarut padatnya. Larutan akan membeku pada
temperatur lebih rendah dari pelarutnnya (Sukardjo, 2004). Titik beku juga
dapat diartikan sebagai temperatur pada perpotongan garis tekanan tetap pada 1
atm dengan kurva peleburan (Petruci, 1987). Titik beku larutan tergantung pada
kesetimbangan pelarut dalam larutan dengan pelarut padatan murni, pelarut
cairan murni, atau uap pelarut murni (Wahyuni, 2013).
Penurunan titik beku larutan ini dapat
diperoleh dari hasil kali antara molalitas larutan tersebut dengan tetapan
titik beku (Kf). Tetapan Kf hanya bergantung pada jenis
pelarut (Jupamahu, 1980). Setiap larutan memiliki titik beku (Tf)
dan tetapan Kf tertentu. Asam cuka memiliki titik beku sebesar
16,7°C dan tetapan Kf sebesar 3,9 (Sachri dan Harun, 1982).
Bila suatu zat terlarut dilarutkan dalam
suatu pelarut, titik beku larutan akan berkurang atau penurunan titik beku akan
bertambah. Penurunan titik beku larutan tersebut lebih besar dibandingkan
dengan kenaikan titik didih larutan atau penurunan tekanan uap, oleh karena itu
penurunan titik beku larutan sering digunakan untuk menentukan berat molekul
zat terlarut pada larutan tersebut (Jupamahu, 1980). Selain berat molekul zat
terlarut yang dapat diketahui, aktivitas dan koefisien aktivitas, konstanta
disosiasi dari elektrolit lemah, dan faktor Vant Hoff juga dapat ditentukan
(Dogra, 1984).
Penurunan titik beku sering digunakan
untuk mengetahui berat molekul zat terlarut tertentu. Tetapan Kf
dapat diketahui melalui percobaan dengan zat terlarut yang digunakan adalah zat
terlarut yang sudah diketahui berat molekulnya secara pasti. Setelah itu,
tetapan Kf tersebut dapat digunakan untuk mengetahui berat molekul
zat terlarut yang belum diketahui berat molekulnya. Salain itu, pada penurunan
titik beku tidak ada batasan pelarut apa yang harus digunakan asalkan padatan
yang terpisah pada saat membeku merupakan padatan pelarut murni, tidak seperti
pada kenaikan titik didih, pelarut yang digunakan adalah pelarut involatil. Apabila pelarut yang
digunakan pada percobaan kenaikan titik didih adalah pelarut volatil, yang terjadi bukanlah kenaikan
titik didih melainkan penurunan titik didih (Mulyani dan Hendrawan, 2003).
Masalah yang akan diselesaikan pada
percobaan ini adalah berapa tetapan titik beku asam asetat dan berapa berat
molekul zat terlarut elektrolit biner. Sedangkan tujuan yang akan dicapai
berdasarkan masalah tersebut adalah menentukan tetapan titik beku asam asetat
serta menentukan berat molekul suatu zat terlarut dari elektrolit biner.
Metode
Alat yang digunakan pada percobaan
penurunan titik beku asam asetat adalah gelas kimia pyrex ukiran 50 ml,
pengaduk, termometer alkohol, termostat, statif untuk menggantungkan
termometer, pipet tetes, dan gelas ukur pyrex ukuran 20 ml. Sedangkan bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat p.a dari Merck, naftalena for
syn dari Merck, dan zat X yang akan ditentukan berat molekulnya yaitu
natrium asetat for syn dari Merck.
Langkah kerja percobaan ini pertama
adalah termostat disiapkan terlebih dahulu baru kemudian 15 ml asam asetat p.a diukur dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia 50 ml untuk diukur titik bekunya pada termostat tersebut. Langkah kedua
adalah temperatur asam asetat dikembalikan pada temperatur ruang dan dibiarkan
mencair. Langkah selanjutnya berhubungan dengan penambahan zat terlarut, 1,000
gram zat terlarut naftalena dimasukkan ke dalam
ke dalam asam asetat dan diaduk-aduk hingga homogen. Langkah keempat,
larutan naftalena dalam asam asetat tersebut diukur titik bekunya dan didiamkan
kembali hingga mencair dan mencapai temperatur ruangan. Langkah berikutnya
yaitu 1,000 gram zat terlarut naftalena dimasukkan kembali ke dalam asam asetat
dan diukur titik bekunya, begitu seterusnya sampai penambahan zat terlarut
naftalena sebanyak enam kali. Langkah kerja percobaan selanjutnya adalah penentuan
berat molekul zat X (natrium asetat) yang tidak berbeda dengan percobaan
penentuan tetapan titik beku aam asetat, perbedaannya hanya pada zat terlarut.
Pada penentuan tetapan titik beku asam asetat, zat terlarut yang digunakan
adalah naftalena sedangkan pada penentuan berat molekul zat terlarut X, zat
terlarut yang digunakan adalah natrium asetat.
Beberapa variabel yang digunakan dalam
percobaan penurunan titik beku asam asetat dan penentuan berat molekul zat
terlarut X adalah variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
Variabel bebas pada percobaan penentuan tetapan titik beku asam asetat dan
penentuan berat molekul zat terlarut X secara berturut-turut adalah massa zat
terlarut naftalena dan natrium asetat.
Variabel terikat yang digunakan pada kedua percobaan tersebut adalah penurunan
titik beku yang tergantung pada jumlah partikel zat terlarut. Sedangkan
variabel kontrolnya adalah tekanan, motode, dan pelarut yang dibuat sama.
nalisis
data yang digunakan pada penentuan tetapan titik beku asam asetat adalah
menghubungkan penurunan titik beku larutan (ΔTf) terhadap molalitas
larutan sehingga diperoleh kurva linear yang merupakan harga tetapan titik beku
asam asetat (Kf). Data yang diperoleh dari percobaan adalah titik
beku larutan dan massa penambahan zat terlarut. Adanya harga titik beku larutan
dapat diketahui berapa harga penurunan titik beku larutannya. Sedangkan
molalitas larutan dapat dicari dengan adanya massa penambahan zat terlarut.
Selanjutnya, analisis data yang digunakan pada penentuan berat molekul zat
terlarut X juga sama, yaitu menghubungkan dua sumbu, yaitu sumbu x dan sumbu y
dan menghasilkan gradien dengan garis linear yang merupakan berat molekul suatu
zat terlarut X tersebut. Sumbu x yang digunakan adalah
sedangkan
sumbu y yang digunakan adalah
.. Angka 2
pada sumbu x merupakan faktor Vant Hoff. Faktor Vant Hoff (i) digunakan apabila zat terlarut yang digunakan merupakan suatu
zat elektrolit. Besarnya faktor Vant Hoff dapat dicari dengan rumus
. Apabila zat terlarut elektrolitnya merupakan elektrolit
biner, n diisikan sejumlah 2 (biner). Besarnya faktor Vant Hoof zat terlarut
elektrolit biner adalah 2.
Hasil
Dan Pembahasan
Hasil percobaan menunjukkan titik beku asam asetat adalah
13°C. Menurut teori, penambahan zat terlarut pada pelarut tertentu akan
menurunkan titik beku larutan tersebut.
Semakin banyak penambahan zat terlarut akan semakin besar penurunan titik
bekunya. Pada percobaan ini, semakin banyak penambahan naftalena pada asam
asetat akan semakin besar pula penurunan titik bekunya. Besarnya penambahan
naftalena pada asam asetat serta penurunan titik bekunya dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Titik Beku Asam Asetat pada Setiap Penambahan
Tertentu Zat Terlarut (Naftalena)
Tabel 1 menjelaskan bahwa setiap
penambahan zat terlarut naftalena pada asam asetat akan menurunkan titik beku
larutannya. Titik beku larutan tersebut menjadi lebih kecil dari titik beku
pelarutnya, sehingga penurunan titik beku larutannya menjadi lebih besar. Zat
terlarut yang digunakan adalah naftalena karena naftalena mudah larut dalam
asam asetat. Selain itu, berat molekul asam asetat sudah dapat diketahui, yaitu
128,17 gram/mol. Naftalena merupakan hidrokarbon aromatik dan memiliki rumus
struktur C10H8. Dalam temperatur ruang, naftalena
berbentuk padatan dan mudah menguap. Data yang diperoleh pada tabel 1 dapat
digunakan untuk menentukan harga Kf asam asetat, sesuai dengan Hukum Roult untuk larutan non elektrolit encer
ideal, yaitu besarnya penurunan titik beku adalah hasil kali antara tetapan
titik beku pelarut dengan molalitas larutan.
ΔTf = Kf . m
ΔTf = penurunan titik beku (°C)
Tf =
tetapan penuruan titik beku
m = molalitas larutan (molal)
Besarnya penurunan titik beku setiap
satu molal disebut Kf atau tetapan penurunan titik beku. Harga Kf untuk setiap
pelarut berbeda satu sama lain. Harga Kf dapat dicari melalui percobaan, yaitu
dengan menambahkan zat terlarut pada pelarut untuk diukur berapa penurunan
titik bekunya. Sesuai dengan rumus Hukum Roult
ΔTf = Kf . m maka harga Kf secara otomatis dapat diketahui karena analisis data
yang digunakan adalah mengalurkan plot m sebagai sumbu x dengan plot ΔTf
sebagai sumbu y yang kemudian akan diperoleh kurva linear dengan gradien Kf. Kf
asam asetat sesuai hasil percobaan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2 menunjukkan bahwa harga Kf
asam asetat sesuai percobaan adalah 1,174 dengan R2 sebesar -0,2.
Harga R2 merupakan kelinearan, artinya apabila harga R2
lebih dari sama dengan 0,9 maka data
tersebut masih tergolong valid. Menurut teori, harga Kf asam asetat adalah
sebesar 3,9. Persen kesalahan yang diperoleh dari percobaan adalah sebesar
69,9%. Kesalahan yang mengakibatkan hasil percobaan jauh dari teori adalah saat
praktikan mengukur penurunan titik beku larutan yang sudah lebih dari titik
beku larutan itu sendiri. Penentuan titik beku larutan pada setiap penambahan
zat terlarut (naftalena) tidak diukur pada saat pertama kali larutan membeku,
melainkan saat larutan sudah total beku. Oleh karena itu, temperatur yang
diukur bukan titik beku larutan tetapi temperatur di bawah titik beku. Selain
itu, kesalahan lain yang diperoleh adalah pada pembacaan skala nonius termometer yang kurang teliti.
Harga Kf yang diperoleh dari percobaan
pertama yaitu 1,174. Harga Kf ini dapat digunakan untuk mengetahui berat
molekul zat terlarut elektrolit biner pada pelarut asam asetat di percobaan
kedua. Percobaan kedua tidak berbeda dengan percobaan pertama, hanya saja zat
terlarut yang digunakan berbeda. Zat terlarut yang digunakan adalah zat
elektrolit biner. Besarnya penambahan zat terlarut elektrolit biner pada asam
asetat serta penurunan titik didihnya dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Titik Beku Asam Asetat pada Setiap Penambahan
Tertentu Zat Terlarut Elektrolit Biner (Zat X)
Variabel-variabel yang diperlukan pada
percobaan kedua yaitu penurunan titik beku larutan, massa zat terlarut X, massa
asam asetat, tetapan penurunan titik beku, dan harga faktor Vant Hoff.
Penurunan titik beku larutan diperoleh dari percobaan, massa zat terlarut X
diperoleh dari pengukuran, massa asam asetat dapat dihitung dengan cara
mengalikan volumnya dengan massa jenisnya, tetapan penurunan titik beku
diperoleh dari hasil percobaan pertama, dan harga faktor Vant Hoff dapat dicari
dengan rumus
dan diperoleh harga faktor Vant Hoff untuk zat
terlarut elektrolit biner sebesar 2. Sesuai dengan variabel-variabel diatas,
berikut adalah aplikasi Hukum Roult
untuk zat terlarut elektrolit biner.
Sesuai dengan rumus diatas, penambahan
zat terlarut dengan berat molekul kecil akan memperbesar penurunan titik beku
larutan. Begitu juga apabila zat terlarut yang ditambahkan memiliki berat
molekul besar maka akan memperkecil penurunan titik beku larutan. Hal tersebut
karena jumlah partikel zat terlarut dengan berat molekul kecil lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah partikel zat terlarut dengan berat molekul besar.
Menurut Hukum Roult, semakin banyak
penambahan zat terlarut pada pelarut akan semakin besar pula penurunan titik
beku larutannya. Penentuan berat molekul zat terlarut X (zat elektrolit biner)
pada percobaan ini dapat dicari dengan mengalurkan plot sumbu x yang merupakan
dengan sumbu y yaitu
sehingga diperolah kurva linear dengan
gradien berat molekul zat terlarut X (zat elektrolit biner). Berat molekul zat
terarut X (zat elektrolit biner) sesuai hasil percobaan dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3 menunjukkan bahwa berat
molekul zat terlarut X (zat elektrolit biner) adalah 36,55 gram/mol dengan R2
sebesar -0,15. Berat molekul zat terlarut X (zat elektrolit biner) masih jauh
dari berat molekul zat terlarut sesungguhnya, yaitu natrium asetat yang
memiliki berat molekul sebesar 82 gram/mol. Presentase kesalahan yang diperoleh
yaitu 55,43%. Kesalahan-kesalahan yang membuat berat molekul zat terlarut X
(zat elektrolit biner) beda jauh dengan zat terlarut sesungguhnya, natrium
asetat, tidak jauh berbeda dengan
kesalahan pada percobaan pertama, yaitu pengukuran temperaturnya berada di
bawah temperatur titik beku larutan sehingga temperatur yang didapat bukanlah
temperatur pada titik beku larutan melainkan temperatur ‘es’. Pengukuran
temperatur tidak tepat saat larutan membeku tetapi saat larutan sudah total
beku sehingga temperatur yang diperoleh jauh di bawah titik bekunya. Selain
itu, pada pembacaan skala nonius
termometer juga menjadi salah satu kesalahan pada percobaan kedua ini.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan penurunan
titik beku asam asetat ada dua, yaitu tetapan titik beku (Kf) asam
asetat adalah sebesar 1,174 serta berat molekul zat terlarut elektrolit biner
adalah sebesar 36,55 gram/mol.
Daftar Pustaka
Dogra, S dan Dogra S.K.. 1984. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.
Jupamahu, M.S.. 1980. Kimia
Fisika 1. Bandung: Departemen Kimia ITB.
Mulyani, Sri dan Hendrawan. 2003. Kimia Fisika II. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Universitas
Pendidikan Indonesia.
Petruci, Ralph H.. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Sachri, Soebandi dan Harun. 1982. Buku Tabel Ilmu Fisika dan Kimia. Bandung: Binacipta.
Sukardjo. 2004. Kimia
Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.
Wahyuni, Sri. 2013. Kimia
Fisika 2. Semarang: Kimia FMIPA UNNES.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar