PENENTUAN TETAPAN
LAJU REAKSI PENYABUNAN ETIL ASETAT
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
ishriarju@gmail.com, 085747319610
50225
Abstrak
Tujuan
percobaan ini adalah menentukan harga tetapan laju reaksi penyabunan etil
asetat. Metode yang digunakan yaitu dengan melakukan titrasi dengan NaOH
sebagai titran dan campuran antara HCl dengan NaOH-etil asetat sebagai
titernya. Besarnya jumlah mol NaOH yang habis pada buret sebanding dengan
jumlah mol HCl sisa pada campuran induk. Jumlah mol HCl yang bereaksi pada
campuran induk sebanding dengan sisa NaOH pada reaksi penyabunan. Oleh karena
itu, NaOH yang bereaksi pada reaksi penyabunan dapat diketahui jumlah molnya
lalu diubah menjadi molaritas, sehingga harga tetapan laju reaksi penyabunan
etil asetat dapat diketahui dengan mangalurkan plot ln ((a-x)/(b-x)) terhadap t. Hasil
yang diperoleh yaitu berupa kurva dengan kemiringan yang merupakan k1(b-a) sebesar 0,001,
maka tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat yang diperoleh melalui
percobaan adalah sebesar 0,05. Kesalahan yang membuat hasil percobaan kurang
tepat adalah penambahan titran yang terlalu banyak sehingga warna titer lewat
pink. Kesimpulan dari percobaan ini adalah harga tetapan laju reaksi penyabunan
etil asetat adalah sebesar 0,05.
Kata
kunci: etil asetat; laju reaksi; penyabunan.
Abstract
The purpose of this experiment is to determine the
reaction rate constant price saponification of ethyl acetate. The method used
is to perform a titration with NaOH as titrant and a mixture of HCl with
NaOH-ethyl acetate as the titre. The large number of moles of NaOH that runs on
the burette is proportional to the number of moles of HCl in the rest of the
parent mixture. The number of moles of HCl that reacted to the parent mixture
comparable to the rest of the NaOH saponification reaction. Therefore, NaOH
saponification reaction can react to unknown the mole
then converted into molarity, so prices saponification reaction rate constant
can be determined with ethyl acetate is connecting
plot of ln ((a-x)-(b-x)) against t. Results obtained in the form of
a curve with a slope that is k1(b-a) of 0.001, then the reaction rate constant of
ethyl acetate saponification obtained through experiments is 0,05. The faults
which makes the results less precise experiment is the addition of titrant is
too much so the color pink titer through. The conclusion of this experiment is
the reaction rate constant price saponification of ethyl acetate is 0,05.
Keywords: ethyl acetate; reaction rate; saponification.
Keywords: ethyl acetate; reaction rate; saponification.
Pendahuluan
Reaksi penyabunan atau saponifikasi
merupakan reaksi yang menghasilkan sabun dan gliserol melalui penghidrolisisan
dengan basa, lemak, maupun minyak (Keenan, 1990). Rekasi saponifikasi pada
percobaan berikut adalah antara ion hidroksida pada natrium hidroksida dengan
etil asetat.
CH3COOC2H5 + OH-
à CH3COO-
+ C2H5OH
Cepat lambatnya suatu rekasi
berlangsung disebut laju reaksi. Laju reaksi dapat diartikan sebagai perubahan
konsentrasi tiap satuan waktu. Satuan yang digunakan pada laju reaksi pada
umumnya adalah mol dm-3 detik-1. Laju reaksi akan semakin
meningkat dengan bertambahnya konsentrasi (Dogra & Dogra, 1984). Untuk
menganalisis laju reaksi, perlu diketahui berapa pereaksi yang tersisa dan berapa produk yang terbentuk. Oleh karena
itu, laju reaksi dapat ditentukan dari konsentrasi pereaksi maupun produk,
sehingga apabila konsentrasi dari salah satu komponen diubah, laju reaksinya
pun berubah (Labuza, 1982). Secara sistematis, persamaan laju reaksi dapat
dituliskan sebagai berikut:
-d[A]/dt=-k[A]^n
dimana:
d[A]/dt = laju perubahan konsentrasi A pada waktu
tertentu
k = konstanta laju reaksi
[A] = konsentrasi A
n = orde reaksi
Laju
reaksi bergantung pada komposisi dan temperatur campuran reaksi, sedangkan
tetapan laju reaksi hanya bergantung pada temperatur dan tidak bergantung pada
konsentrasi pereaksi maupun produk (Atkins, 1999). Konstanta laju reaksi ini
bersifat tetap, dia hanya akan berubah apabila terdapat perubahan temperatur
(Labuza, 1982).
Orde
reaksi merupakan bagian dari laju reaksi. Orde reaksi tidak dapat ditentukan
dengan menurunkan persamaan. Orde reaksi hanya dapat ditentukan dengan
melakukan percobaan (Labuza, 1982). Menurut teori, orde reaksi untuk reaksi
penyabunan etil asetat berupa orde dua. Pada laju reaksi orde dua, apabila
hukum laju reaksi adalah -d[A]/dt=-k[A]^n dan hukum tersebut diubah ke persamaan (1/[A]-1/[A]2)=-kt,
akan diperoleh konstanta laju reaksi dengan cara mengalurkan 1/[A] terhadap t. Kemiringan yang diperoleh merupakan
konstanta laju reaksi (Atkins, 1999).
Pada
laju reaksi orde dua, laju reaksi berbanding lurus dengan kuadrat konsentrasi
dari salah satu reaktan atau hasil kali dua reaktan dengan masing-masing
reaktan berpangkat satu (Triyono, 2009). Reaksi penyabunan etil asetat
merupakan reaksi orde kedua dengan hukum yang dapat diberikan sebagai
-d[ester]/dt=k1[ester][OH]-
atau sebagai
dx/dt=k1(a-x)(b-x)
dalam hal ini
a = konsentrasi awal ester dalam mol/liter
b = konsentrasi awal ion OH- dalam
mol/liter
x = jumlah mol/liter ester atau basa yang telah
bereaksi pada waktu t
k1
= tetapan laju reaksi
Persamaan tersebut
diatas apabila diintegrasikan dan disusun ulang akan menjadi
ln ((b-x)/(a-x)) = k1(b-a)t + ln(b/a)
Menurut
persamaan diatas, apabila ln ((b-x)/(a-x)) dialurkan terhadap t akan diperoleh garis
lurus dengan arah lereng k1(b-a), sehingga dari arah lereng ini,
memungkinkan perhitungan dari tetapan reaksi k1(Wahyuni, 2013).
Masalah yang akan diselesaikan pada
percobaan ini adalah berapa tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat.
Sedangkan tujuan yang akan dicapai berdasarkan masalah tersebut adalah
menentukan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat.
Metode
Alat yang digunakan pada percobaan penentuan
tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat adalah labu ukur pyrex ukuran 200 ml
dan 50 ml, erlenmeyer pyrex ukuran 250 ml dan 100 ml, gelas kimia pyrex ukuran
250 ml dan 100 ml, buret 25 ml disertai statif, pipet volum pyrex ukuran 10 ml,
pipet ukur pyrex ukuran 25 ml, pipet tetes, corong, ball pipet, dan stopwatch. Sedangkan
bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam etil asetat p.a dari Merck, HCl p.a dari Merck, dan natrium hidroksida for syn dari Merck.
Langkah kerja percobaan ini pertama
adalah alat dan bahan disiapkan terlebih dahulu. Selanjutnya, buret diisi
dengan NaOH 0,1 M dan HCl 0,1 M dibagikan ke dalam delapan erlenmeyer. Pada
erlenmeyer 1 ditambahkan aquades sebesar 10 ml lalu dikocok, diambil 10 ml dan
dipindah ke erlenmeyer lain sebanyak dua kali untuk dititrasi dengan NaOH 0,1 M
secara duplo. Setelah itu, 75 ml NaOH 0,1 M dan 50 ml etil asetat 0,1 M
dicampurkan dan dihitung waktunya tiap menit ke 0, 3, 8, 15, 25, 40, dan 65.
Pada erlenmeyer 2 ditambahkan 10 ml campuran NaOH-etil asetat pada menit ke 0
lalu dikocok, diambil 10 ml dan dipindah ke erlenmeyer lain sebanyak dua kali
untuk dititrasi dengan naOh 0,1 M secara duplo. Begitu juga seterusnya pada
erlenmeyer 3 sampai 8 ditambahkan 10 ml campuran NaOH-etil asetat
berturut-turut pada menit ke 3, 8, 15, 25, 40, dan 65 lalu dikocok, diambil
masing-masing 10 ml dari setiap erlenmeyer sebanyak dua kali untk dititrasi
dengan NaOH 0,1 M secara duplo.
Beberapa variabel yang digunakan dalam
percobaan penentuan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat adalah variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Variabel bebas pada percobaan penentuan
tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat adalah konsentrasi NaOH dan etil
asetat. Konsentrasi NaOH dan etil asetat dibuat berbeda dengan cara volume NaOH
dan etil asetat dibuat berbeda. Variabel terikat yang digunakan pada percobaan
tersebut adalah laju reaksi penyabunan etil aetat. Sedangkan variabel
kontrolnya adalah tekanan, metode, dan temperatur yang dibuat sama.
Analisis data yang digunakan pada
penentuan tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat adalah mengalurkan plot ln((b-x)/(a-x)) terhadap t sehingga diperoleh kurva linear
dengan gradien yang merupakan harga tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat
dengan (b-a). Analisis tersebut sesuai dengan persamaan ln ((b-x)/(a-x)) = k1(b-a)t + ln(b/a).
Konsentrasi NaOH yang bereaksi dapat dicari dari jumlah mol NaOH yang bereaksi
pada reaksi penyabunan etil asetat. Besarnya jumlah mol yang bereaksi pada
reaksi penyabunan sama dengan jumlah mol HCl pada campuran HCl dengan NaOH-etil
asetat. Sisa mol HCl dari campuran HCl-NaOH-etil asetat sebanding dengan NaOH yang habis
digunakan pada buret. Sehingga, dari data tersebut dapat dicari (b-x) dan
(a-x). Tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat dapat diperoleh dengan
membagi gradien kurva dengan (b-a).
Hasil Dan Pembahasan
Pada percobaan penentuan tetapan laju reaksi penyabunan
etil asetat, etil asetat direaksikan dengan basa dengan jumlah mol
masing-masing zat berbeda. Campuran antara basa dan etil asetat tersebut
direaksikan dengan asam pada waktu tertentu. Basa dari campuran dengan etil
asetat akan bereaksi dengan etil asetat dan juga dengan asam. Sisa mol asam
dari campuran induk (asam dengan basa-etil asetat) akan bereaksi dengan basa
pada buret. Sehingga, semakin banyak waktu yang diperlukan campuran induk (asam
dengan basa-etil asetat) untuk bereaksi, maka semakin banyak pula basa pada
buret yang diperlukan untuk bereaksi dengan asam sisa pada campuran induk.hal
tersebut sesuai dengan tabel 1.
Tabel 1. Hubungan waktu dengan volume NaOH sebagai titran
Tabel 1 menjelaskan bahwa volume NaOH
akan semakin meningkat jika campuran induk terhadap waktu semakin bertambah.
Reaksi penyabunan etil asetat terjadi jika etil asetat bereaksi dengan ion OH¯
pada NaOH. Sisa NaOH hasil penyabunan ini akan bereaksi dengan HCl pada
campuran induk, sedangkan sisa HCl pada campuran induk akan bereaksi dengan
NaOH pada buret. Jumlah mol NaOH sebagai titran ini akan semakin meningkat
apabila waktu yang digunakan campuran etil asetat dan NaOH semakin meningkat. Untuk
mengetahui berapa konsentrasi NaOH yang digunakan untuk bereaksi dengan etil
asetat pada reaksi penyabunan etil asetat dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hubungan waktu terhadap konsentrasi NaOH yang
bereaksi
Tabel 2 menjelaskan bahwa jumlah mol
NaOH pada reaksi penyabunan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu
pada campuran NaOH dengan etil asetat. Hal tersebut karena laju reaksi
merupakan fungsi dari waktu sehingga pada saat t = 0 menit NaOH yang bereaksi
dengan etil asetat masih sedikit, semakin lama waktunya maka NaOH yang bereaksi
dengan etil asetat semakin banyak bahkan mungkin akan habis bereaksi. Jumlah
mol NaOH yang bereaksi tersebut dikonversikan menjadi konsentrasi sehingga
diperoleh data seperti pada tabel 2.
Konsentrasi NaOH yang digunakan untuk
bereaksi dengan etil asetat tersebut
dikurangkan dengan konsentrasi mula-mula NaOH serta etil asetat saat
pertama kali bereaksi. Sesuai dengan rumus ln ((b-x)/(a-x)) = k1(b-a)t + ln(b/a) maka k1(b-a) dapat diketahui dengan cara mengalurkan plot ln ((b-x)/(a-x)) dengan t. Grafik ln ((b-x)/(a-x)) terhadap t berupa kurva dengan gradien k1(b-a) dapat dilihat pada gambar 2.
Gradien yang diperoleh dari gambar 2
adalah 0,001. Harga tersebut merupakan k1(b-a),
bukan murni harga tetapan laju rekasi penyabunan etil asetat. Oleh karena itu,
perlu dihitung ulang lagi dengan cara membagi 0,001 dengan (b-a) sehingga dapat diperoleh harga tetapan laju
reaksi penyabunan etil asetat yang besarnya adalah 0,05. R2 yang
diperoleh dari gambar 2 adalah sebesar 0,838. Harga kelinearan tersebut masih
kurang karena syarat kelinearan adalah sekitar 0,9. Sesuai dengan pernyataan
tersebut, maka harga tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat yang diperoleh
melalui percobaan tersebut masih kurang tepat karena terdapat beberapa
kesalahan dalam melakukan percobaan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi adalah penambahan
titran yang terlalu banyak sehingga warna titer lewat pink serta pembacaan
skala pada buret yang kurang tepat. Pada gambar 2 terlihat hanya ada enam titik
dari waktu ke 0 sampai waktu ke 25 yang dijadikan acuan, sedangkan data pada
waktu ke 40 dan 65 tidak dimasukkan ke dalam grafik karena data tersebut tidak
valid. Ketidakvalidan tersebut disebabkan karena beberapa kesalahan pada saat
percobaan, seperti warna titer yang terlalu pink yang artinya penambahan NaOH
pada buret terlalu banyak.
Setelah harga tetapan laju reaksi
penyabunan etil asetat diperoleh, maka besarnya laju reaksi penyabunan etil
asetat tiap waktu tertentu dapat diketahui. Besarnya laju reaksi penyabunan
etil asetat tiap waktu tertentu dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Laju reaksi penyabunan etil asetat tiap waktu
tertentu
Laju reaksi merupakan fungsi dari waktu.
Oleh karena itu, dari tebel 3 dapat diperoleh hubungan antara laju reaksi tiap
waktu tertentu. Hubungan tersebut akan lebih dijelaskan pada gambar 3.
Hubungan laju reaksi dengan waktu adalah
berbanding terbalik sesuai dengan grafik pada gambar 3. Semakin banyak waktu
yang dibutuhkan untuk bereaksi maka semakin kecil laju reaksinya. Artinya, laju
reaksi pada saat pertama bereaksi sangat besar hingga pada akhirnya laju reaksi
mendekati nol yang artinya suatu reaktan habis bereaksi.
Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan penentuan
tetapan laju reaksi penyabunan etil asetat yaitu tetapan tetapan laju reaksi
penyabunan etil asetat adalah sebesar 0,05.
Daftar Pustaka
Atkins, P. W.. 1999. Kimia
Fisika Edisi keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Dogra, S dan Dogra S.K.. 1984. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Jakarta: UI-Press.
Keenan, Kleinfelter, dan Wood. 1990. Kimia untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Labuza. 1982. Shelf-life
Dating of Foods. Food and Nutrition Press: Inc., Westport, Connecticut.
Triyono. 2009. Kimia
Katalis. Yogyakarta: Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada.
Wahyuni, Sri. 2013. Kimia
Fisika 2. Semarang: Kimia FMIPA UNNES.